Saat rasa letih datang, sulit berkonsentrasi, dan tak ada gairah untuk menyelesaikan aktivitas yang harus segera diselesaikan, Anda perlu waspada. Bisa jadi itu merupakan gejala awal dehidrasi, yaitu kurangnya cairan tubuh. Dehidrasi ringan bisa memengaruhi kinerja, kemampuan kognitif, dan suasana hati.
Penelitian yang dilakukan ahli hidrasi dan kinesiologi Universitas Connecticut, Amerika Serikat, Lawrence E Armstrong, dan ahli neurokognisi dari Institut Kedokteran Lingkungan, Pusat Penelitian Angkatan Darat AS di Natick, Massachusetts, Harris R Lieberman, tahun lalu, menunjukkan, dehidrasi ringan bisa mengurangi kemampuan berpikir, berkonsentrasi, kemampuan mengingat, hingga memacu emosi yang mengganggu suasana hati (mood).
Penelitian yang dilakukan ahli hidrasi dan kinesiologi Universitas Connecticut, Amerika Serikat, Lawrence E Armstrong, dan ahli neurokognisi dari Institut Kedokteran Lingkungan, Pusat Penelitian Angkatan Darat AS di Natick, Massachusetts, Harris R Lieberman, tahun lalu, menunjukkan, dehidrasi ringan bisa mengurangi kemampuan berpikir, berkonsentrasi, kemampuan mengingat, hingga memacu emosi yang mengganggu suasana hati (mood).
Dosen Departemen Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan anggota Persatuan Dokter Gizi Medik Indonesia, Saptawati Bardosono, beberapa waktu lalu, mengungkapkan, dampak dehidrasi terhadap kemampuan kognitif dan suasana hati lebih rentan bagi perempuan dibandingkan laki-laki.
Saat cairan tubuh berkurang 1,3 persen, gangguan kognitif dan suasana hati sudah terjadi pada perempuan. Dalam kondisi ini, perempuan menjadi lebih cepat lelah, mudah marah, bingung, mengantuk, hilang konsentrasi, pusing, dan kesulitan dalam menyelesaikan tugas.
Bagi laki-laki, gangguan itu muncul saat kekurangan cairan tubuh mencapai 1,5 persen.
”Perempuan lebih rentan terhadap dehidrasi karena memiliki komposisi lemak lebih tinggi dibanding pria. Adapun pria memiliki komposisi otot yang lebih tinggi. Selain itu, komponen air pada perempuan lebih rendah dan ada faktor hormonal yang membuat mereka lebih sensitif terhadap kekurangan cairan,” kata dokter spesialis gizi klinik sekaligus dosen Departemen Ilmu Gizi FKUI, Luciana B Sutanto.
Persentase tingkat dehidrasi sama dengan persentase penurunan berat badan. Dehidrasi 1 persen sebanding dengan lari kecil di atas treadmill selama 40 menit. Adapun dehidrasi 2 persen sebanding dengan 2 x 40 menit lari kecil di treadmill, demikian seterusnya.
Berkurangnya tingkat konsentrasi dan terganggunya suasana hati juga muncul pada mereka yang berpuasa minum selama 23 jam. Kurangnya cairan tubuh juga menimbulkan kecemasan berlebihan dan turunnya semangat beraktivitas.
Tanda dehidrasi
Saptawati mengatakan, tanda paling mudah untuk mengenali dehidrasi ringan hingga sedang adalah mulut kering dan lengket, mata kering, otot lemah, sakit kepala, serta pusing atau silau saat melihat sinar.
Hal itu juga dapat dilihat dari jumlah dan warna urine yang dikeluarkan. Makin sedikit urine yang dikeluarkan, potensi dehidrasi semakin tinggi. Semakin kuning pekat warna urine yang dikeluarkan, tanpa konsumsi obat-obatan atau makanan tertentu, maka kekurangan cairan semakin parah.
Gejala dehidrasi berat ditunjukkan oleh rasa haus berat, sangat mengantuk dan bingung, tubuh juga tidak mengeluarkan keringat, kulit terasa kering dan elastisitasnya berkurang. Tanda lain adalah mata cekung, tubuh menggigil, tekanan darah rendah, nadi cepat, hingga hilangnya kesadaran.
Semakin besar tingkat dehidrasi, implikasinya makin fatal, bahkan bisa mematikan.
”Parahnya, sepertiga orang menyalahartikan rasa haus yang dialaminya sebagai rasa lapar,” ujar Saptawati. Saat merasa pusing, orang cenderung mencari makanan, bukan segera minum.
Peran air
Air merupakan zat yang sangat penting bagi tubuh karena 70 persen tubuh kita berupa air. Fungsi air dalam tubuh adalah sebagai pengatur suhu tubuh, melembabkan jaringan mulut, mata, dan hidung, pelumas sendi, serta melindungi organ dan jaringan tubuh.
Keberadaan air turut membantu meringankan beban kerja ginjal dan hati dengan melarutkan sisa-sisa metabolisme, mencegah sembelit atau susah buang air besar, membantu melarutkan mineral dan zat gizi agar dapat dimanfaatkan tubuh dan membawa zat-zat gizi dan oksigen ke dalam sel.
Kurangnya asupan cairan berimplikasi besar pada meningkatnya risiko berbagai penyakit, seperti batu ginjal dan infeksi saluran kencing, kanker usus besar dan saluran kencing, obesitas pada anak dan remaja, tekanan darah tinggi (hipertensi), sumbatan pembuluh darah vena, hingga jantung koroner.
Luciana mengatakan, keluarnya cairan dari dalam tubuh dapat terjadi dengan disadari, seperti melalui urine dan feses, atau tanpa disadari melalui napas dan keringat. Rata-rata jumlah air yang dikeluarkan manusia dewasa sebanyak 2.200-2.700 mililiter (ml). Jumlah terbesar berasal dari urine sebanyak 1.200-1.500 ml dan keringat 500-600 ml.
Jumlah air yang keluar dari tubuh sangat dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, luas permukaan tubuh, suhu dan kelembaban lingkungan, aktivitas fisik atau olahraga, serta penyakit yang diderita seseorang.
Kebutuhan air paling tinggi terdapat pada kelompok usia 25-55 tahun, yaitu mencapai 35 ml per kilogram berat badan. Artinya, seseorang yang berusia 30 tahun dan memiliki berat badan 60 kilogram, maka kebutuhan airnya per hari mencapai 2.100 ml atau setara 8-10 gelas belimbing.
Mereka yang lebih besar berat badannya, kebutuhan airnya lebih tinggi dibanding yang kurus. Untuk mereka yang lebih muda atau yang berusia lebih dari 55 tahun, kebutuhan airnya lebih sedikit.
Asupan air ini dapat diperoleh melalui minuman dan makanan, khususnya yang berserat dan berair. Metabolisme tubuh sebenarnya juga menghasilkan air, tetapi jumlahnya sangat kecil, 11-14 persen dari kebutuhan air total. Kekurangan inilah yang harus dipasok dari minuman dan makanan.
No comments:
Post a Comment