Pages

Sumpah Pemuda

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Sumpah Pemuda merupakan bukti otentik bahwa pada tanggal 28 Oktober 1928 Bangsa Indonesia dilahirkan, oleh karena itu seharusnya seluruh rakyat Indonesia memperingati momentum 28 Oktober sebagai hari lahirnya bangsa Indonesia, proses kelahiran Bangsa Indonesia ini merupakan buah dari perjuangan rakyat yang selama ratusan tahun tertindas dibawah kekuasaan kaum kolonialis pada saat itu, kondisi ketertindasan inilah yang kemudian mendorong para pemuda pada saat itu untuk membulatkan tekad demi mengangkat harkat dan martabat hidup orang Indonesia asli, tekad inilah yang menjadi komitmen perjuangan rakyat Indonesia hingga berhasil mencapai kemerdekaannya 17 tahun kemudian yaitu pada 17 Agustus 1945.

Rumusan Sumpah Pemuda ditulis Moehammad Yamin pada sebuah kertas ketika Mr. Sunario, sebagai utusan kepanduan tengah berpidato pada sesi terakhir kongres. Sumpah tersebut awalnya dibacakan oleh Soegondo dan kemudian dijelaskan panjang-lebar oleh Yamin.

Isi

Sumpah Pemuda versi original:

Pertama
Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia.
Kedoea
Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.
Ketiga
Kami poetera dan poeteri Indonesia, mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.

Mendidik anak sejak dalam kandungan

Selama berada dalam rahim, anak dapat belajar, merasa, dan mengetehui perbedaan antara gelap dan terang.Hasil penelitian para Ilmuwan menyatakan bahwa :

Program – program stimulasi dini meningkatkan nilai tes kecerdasan dalam pelajaran utama pada semua anak yang diteliti dari masa bayi hingga usia 15 tahun. Anak – anak tersebut mencapi kecerdasan 15 hingga 30 persen lebih tinggi. Stimulasi tersebut tidak hanya mengembangkan pencabangan sel otak lebih banyak dan daerah kortikal otak yang tebal, tetapi juga lebih cerdas dan lebih terampil bersosialisasi.
Bayi yang diberi stimulisasi pralahir cepat mahir bicara, menirukan suara, menyebutkan kata pertama, tersenyum secara spontan, mampu menoleh ke arah suara orangtuanya, lebih tanggap terhadap musik, dan juga mengembangkan pola sosial lebih baik saat ia dewasa.


Stimulasi pralahir dapat membantu mengembangkan orientasi dan keefektifan bayi dalam mengatasi dunia luar setelah ia dilahirkan. Bayi – bayi yang mendapat stimulasi pralahir dapat lebih mampu mengontrol gerakan – gerakan mereka dan juga lebih siap menjelajahi dan mempelajari lingkungan setelah dilahirkan, lebih tenang, waspada, dan bahagia.


Keistimewaan – keistimewaan pendidikan anak dalam kandungan merupakan hasil dari sebuah proses yang sistematis dengan merangkaikan langkah, metode, dan materi yang dipakai oleh orangtuanya dalam melakukan pendidikan dan orientasi serta tujuan kemana keduanya mengarah dan mendidik.

Kumpulan Kisah Abu Nawas

Kumpulan Kisah Abu Nawas yang didapat dari berbagai sumber.

Siapakah Abu Nawas? Tokoh yang dinggap badut namun juga dianggap ulama besar ini— sufi, tokoh super lucu yang tiada bandingnya ini aslinya orang Persia yang dilahirkan pada tahun 750 M di Ahwaz meninggal pada tahun 819 M di Baghdad. Setelah dewasa ia mengembara ke Bashra dan Kufa. Di sana ia belajar bahasa Arab dan bergaul rapat sekali dengan orang-orang badui padang pasir. Karena pergaulannya itu ia mahir bahasa Arab dan adat istiadat dan kegemaran orang Arab", la juga pandai bersyair, berpantun dan menyanyi. la sempat pulang ke negerinya, namun pergi lagi ke Baghdad bersama ayahnya, keduanya menghambakan diri kepada Sultan Harun Al Rasyid Raja Baghdad.

Nama Abu Nawas begitu populernya sehingga cerita-cerita yang mengandung humor banyak yang dinisbatkan berasal dari Abu Nawas.

Tokoh semacam Abu Nawas yang mampu mengatasi berbagai persoalan rumit dengan style humor atau bahkan humor politis temyata juga tidak hanya ada di negeri Baghdad. Kita mengenal Syekh Juha yang hampir sama piawainya dengan Abu Nawas juga Nasaruddin Hoja sang sufi yang lucu namun cerdas. Kita juga mengenal Kabayari di Jawa Barat yang konyol namun temyata juga cerdas.

Abu Nawas! Setelah mati pun masih bisa membuat orang tertawa. Di depan makamnya ada pintu gerbang yang terkunci dengan gembok besar sekali. Namun di kanan kiri pintu gerbang itu pagarnya bolong sehingga orang bisa leluasa masuk untuk berziarah ke makamnya. Apa maksudnya dia berbuat demikian. Mungkin itu adalah simbol watak Abu Nawas yang sepertinya tertutup namun sebenarnya terbuka, ada sesuatu yang misteri pada diri Abu Nawas, ia sepertinya bukan orang biasa, bahkan ada yang meyakini bahwa dari kesederhanaannya ia adalah seorang guru sufi namun ia tetap dekat dengan rakyat jelata bahkan konsis membela mereka yang lemah dan tertindas.

Cara salah mendidik anak

Berikut adalah beberapa contoh dari cara mendidik anak yang kurang baik.

1. Jika anak terjatuh karena menyenggol meja, kita memukul mejanya dan mengatakan pada si kecil bahwa meja itu jahat.
atau:

kalau anak A memukul anak B sehingga si B menangis, kita akan (pura-pura) memukul si A di depan si B agar si B tidak menangis lagi.

Sikap seperti ini akan mendidik anak menjadi manusia pendendam. Si anak juga akan terdidik untuk menjadi manusia yang tidak pernah merasa bersalah. “Pokoknya apapun yang terjadi, yang salah adalah orang lain, bukan saya!”

2. Kalau anak terjatuh, kita akan langsung menggendongnya dan melindunginya, bersikap seolah2 si anak baru saja mengalami musibah yang sangat besar.

Sikap seperti ini akan mendidik anak menjadi manusia manja, yang tidak kuat menahan cobaan hidup. Mereka akan gampang menyerah jika menghadapi masalah.

Bagaimana mendidik anak yang baik

Hampir semua anak mengetahui bahwa menyontek, menjiplak, membawa kertas catatan ke ruang ujian, adalah perbuatan yang tidak jujur dan secara moral tidak bisa diterima. Namun ternyata banyak yang melakukannya. Jadi ada kesenjangan antara apa yang diketahui anak dengan apa yang dilakukannya. Namun sebagai orangtua, Anda harus dapat mengarahkan anak bertindak konsisten antara pikiran dan tindakannya.

Menurut William Kilpatrick, salah satu penyebab ketidakmampuan seseorang untuk berperilaku baik, walaupun secara kognitif ia mengetahuinya (moral knowing), yaitu karena ia tidak terlatih untuk melakukan kebajikan atau moral action. Untuk itu, orangtua tidak cukup memberikan pengetahuan tentang kebaikan, namun harus terus membimbing anak sampai pada tahap implementasi dalam kehidupan anak sehari-hari.

Dalam pendidikan karakter, Lickona (1992) menekankan pentingnya tiga komponen karakter yang baik (components of good character) yaitu moral knowing atau pengetahuan tentang moral, moral feeling atau perasaan tentang mental dan moral action atau perbuatan moral. Hal ini diperlukan agar anak mampu memahami, merasakan dan mengerjakan sekaligus nilia-niali kebajikan.

Moral knowing adalah hal yang penting untuk diajarkan, terdiri dari enam hal, yaitu: moral awareness (kesadaran moral), knowing moral values (mengetahui nilai-nilai moral), perspective taking, moral reasoning, decision making dan self knowledge.

Bila Salah Mendidik Anak

Pada masa lampau, tinggalah seorang janda yang mempunyai seorang anak laki-laki. Si ibu amat sangat menyanyangi anak satu-satunya itu, Anak itu bebas pergi ke mana saja dan bebas melakukan apa saja yang diinginkannya. Ibunya tidak pernah melarangn, malah memuji semua perbuatannya, baik maupun buruk. Anak itu mempunyai kebiasaan yang buruk, ia selalu ke luar rumah setiap malam.

Beberapa tahun kemudian, anak itu tumbuh menjadi seorang pemuda, ia tidak mempunyai keahlian apapun untuk mencari pekerjaan, sehingga ia tidak mempunyai penghasilan untuk membiayai kehidupannya. Karena itulah ia mulai melakukan pencurian kecil-kecilan. Pada mulannya ia amat senang memperoleh hasil curian itu. Dan ketika ia pulang membawa hasil curiannya, ibunya amat senang, memuji-muji perbuatannya. Ia malah bangga terhadap anaknya dan mendorongnya untuk terus melakukan pekerjaanya sebagai pencuri.

Akhirnya ia menjadi pencuri ulung yang amat ditakuti oleh penduduk di sekitar tempat tinggalnya. Polisi segera dikerahkan untuk menangkapnya. Tetapi ia tidak takut, ia tetap saja mencuri. Tidak berapa lama kemudian ia tertangkap dan dibawa ke hadapan raja. Sesudah diperiksa dan diadili, raja menyatakan ia bersalah karena telah merugikan banyak orang dan ia dihukum mati.

Sebelum hukuman mati itu dilaksanakan, ia memohon kepada pengawal raja bahwa ia ingin bertemu dengan ibunya untuk terakhir kalinya. Karena ini permintaan yang terakhir, permohonan itu dikabulkan. Ibunya segera dibawa untuk menemuinnya, si pencuri itu lalu memeluk ibunya, dan dengan segera ia menggigit telinga ibunya.

Jangan Salah Mendidik Anak

KOMPAS.com - Sedikitnya tujuh potensi kecerdasan utama pada manusia. Ada kecerdasan linguistik atau verbal, kecerdasan numeris atau logis, kecerdasan visual atau spasial, kecerdasan kinestetik, kecerdasan musikal, kecerdesan interpersonal atau sosial, kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan natural. Sayang, banyak orang tua bahkan guru salah dalam mendidik anak. Mereka kurang memahami perilaku anaknya, termasuk dalam cara mendidik anaknya agar tumbuh dan berkembang menjadi anak cerdas.

Seringkali anak yang hiperaktif, suka mengganggu teman, dicap sebagai anak bandel. Anak yang tidak suka membaca dikatakan anak malas belajar. Bahkan ada orang tua memaksa sedemikian rupa anaknya supaya rajin belajar tetapi hasilnya tidak seperti yang diharapkan. Ini karena banyak orang tua belum menyadari berbagai aspek tentang hal-hal yang mempengaruhi kemampuan atau kecerdasan anak-anaknya.

Motivator Pendidikan, Yusef J. Hilmi pada seminar Cara cerdas menjadikan anak cerdas di Sorowako, Kabupaten Luwu Timur, Sulsel menyebutkan ada banyak cara mengoptimalkan kecerdasan anak mulai dari asupan gizi, peranan musik untuk belajar dan menggunakan otak kanan dan kiri secara seimbang.

Otak kiri menunjukkan kemampuan yang berkaitan dengan analitik, seperti rasional, analisis, matematis, dan bahasa verbal. Sedangkan otak kanan berkaitan dengan kemampuan kreatif seperti intuitif, lagu dan musik, bahasa gambar, simbol, dan imajinasi. Maka orang tua sebisa mungkin memberikan sebuah lingkungan yang merangsang aktivitas dan fungsi belahan otak kiri dan juga kanan, ujarnya.

Kayak Apa Sih Jodoh yang Cocok Itu

Makin terbukanya ruang perkenalan, pertemanan dan perjodohan antar laki-laki dan perempuan sekarang ini, ternyata tidak juga berhasil membuat urusan jodoh menjadi lebih mudah. Dengan adanya friendster atau facebook yang bisa mempertemukan makhluk dari berbagai belahan bumi, juga tak menjamin persoalan jodoh menjadi mudah diatasi. Apa yang sebenarnya terjadi pada kita? Sulitkah menemukan makhluk lain jenis itu? Sahabat saya bilang bukan makhluknya yang sulit ditemukan tapi kecocokannya itu yang sulit dipersatukan. Masa sih?

Coba iseng-iseng putar mata ke sekeliling dan buka telinga lebar-lebar jika ada yang bicara tentang jodoh, kita akan tahu bahwa ternyata memang sulit mencari pasangan yang cocok.

Sebenarnya seperti apa sih pasangan atau jodoh yang cocok untuk kita itu? Tentu sangat personal sifatnya karena terkait dengan kebutuhan kita sebagai individu. Tidak bisa kita generalisir bahwa karena si A terlahir di hari Sabtu maka dia hanya cocok dengan orang yang lahir di hari Senin, misalnya. Karena itu primbon sering juga salah memprediksi. Atau tidak bisa juga kita katakan bahwa orang Jawa akan sulit beradaptasi dengan suku lain karena fakta menunjukkan banyak pasangan awet meski adat sukunya sangat bertolak belakang. Ada yang berpendapat makin banyak kesamaan minat atau tata cara perilaku, makin sedikit konflik yang timbul. Tapi kita bisa lihat banyak laki-laki Batak yang suaranya menggelegar awet menikah dengan perempuan Sunda yang halus dalam bicara.

Kebiasaan Keliru Mendidik Anak

Mendidik anak bukan perkara mudah, namun demikian tidak banyak orangtua yang sungguh-sungguh  konsen terhadap pendidikan anaknya. Banyak orangtua merasa sudah cukup apabila semua kebutuhan materi anaknya dipenuhi. Perkara pendidikan adalah urusan pembantu, urusan baby sister, urusan  sekolah, urusan guru, sedangkan orangtua cukup sebagai “supporter” dalam hal memenuhi kebutuhan; uang, pakaian, makanan, dan kebutuhan sekunder lainya. Walhasil ketika anaknya menjadi remaja / dewasa, tumbuh tidak sesuai dengan harapannya, menjadi remaja yang nakal, terjerumus dalam pergaulan bebas, narkoba dan lain-lain, maka mulailah orangtua mencari kambing hitam. “Pembantunya dulu tidak sekolahan, baby sisternya bodoh, sekolahnya tidak beres, guru-gurunya tidak becus mendidik anak, anak tetangga pada brengsek, teman-teman pergaulannya  brandalan pada ngobat, membuat anak saya hancur”. Kira-kira demikian omelan orang tua ketika anaknya terjebak dalam masalah. Yang pasti orangtua pada kondisi demikian  tidak mau berada pada pihak yang disalahkan.
Mereka merasa selalu benar, tidak pernah salah.Situasi demikian terjadi, karena orangtua lupa bahwa pendidik pertama dan utama adalah orangtua sendiri. Keberhasilan pendidikan anak berangkat dari rumah, dari keluarga, dari kedua orangtuanya,  bukan dari sekolah maupun lingkungan masyarakat. Terlebih yang berkaitan dengan pendidikan nilai, pendidikan moral dan pendidikan keagamaan. Sangat penting bagi para orang tua untuk mulai refleksi diri, menyadari sepenuhnya bahwa terlalu bahaya dan beresiko sangat tinggi  mempercayakan pendidikan anak hanya kepada sekolah, kepada pembantu, kepada baby sister. Beberapa pertanyaan berikut barangkali dapat membantu untuk refleksi. Benarkah saya sebagai orangtua selama ini sudah bertanggungjawab mendidik anak-anak yang saya lahirkan?. Sudahkah saya memberikan perhatian khusus kepada anak-anak saya dari waktu kewaktu?. Berkeberatankah saya sebagai Ibu memberikan ASI (Air Susu Ibu) kepada bayi saya, hanya demi egoisme saya dan suami?

Menjadi orang tua efektif

Berbagai permasalahan dan kesulitan yang dirasakan orangtua masa kini dalam menghadapi perilaku anak-anaknya menggambarkan bahwa tidak setiap orangtua merasa telah memiliki bekal yang cukup untuk dapat mengisi peranannya dengan baik. Kenakalan remaja yang kerap merusak tata tertib sosial, erat kaitannya dengan rusaknya hubungan yang serasi antara orangtua dengan anak-anaknya.

Dr. Thomas Gordon, seorang ahli psikologi Amerika Serikat, yang dipandang sebagai pemimpin gerakan perbaikan hubungan antarmanusia dalam masyarakat maju, memberikan metode baru untuk memperbaiki hubungan orangtua dan anak. Metode ini diberikan dalam bentuk latihan, karena bagaimana pun suatu keterampilan memang membutuhkan latihan. Latihan ini berupa antara lain mendengarkan aktif, menerapkan pesan-aku yang lebih bisa diterima anak, dan mengubah tingkah laku yang tak dapat diterima dengan mengubah lingkungan.

Dalam buku ini orangtua bukan saja mempelajari metode dan latihannya, tetapi juga kapan, mengapa, dan untuk tujuan apa semuanya harus digunakan. Semua tekniknya digambarkan dalam pola hubungan orangtua dan anak, yang diuraikan secara rinci dan dibubuhi ilustrasi berupa kasus-kasus yang sering terjadi di dalam keluarga. Ada pula petunjuk-petunjuk praktis sebagai program kerja orangtua menghadapi anak-anak menurut tahap perkembangan dan usia anak. Hasil yang didapat dari hubungan orangtua-anak ini tidak akan menyebabkan salah satu dari mereka merasa menang atau kalah.